Senin, 10 Agustus 2015

Ketika tuhan berkata lain

Diposting oleh Yuniar Dwi Putri 0 komentar
"Bu aku ingin les"
"les dimana?"
"di **"
"mahal gak?"
"enggak kok bu, aku udah survey tempat. disitu yang paling murah."
"nanti males lagi les nya"
"enggak. aku kan dari SMK, jika aku ingin kuliah di PTN maka aku harus menyetarakan pelajaran anak SMA juga. Apalagi test untuk seleksi PTN itu susah banget dan itu pelajaran anak SMA"
"memangnya beda pelajaran SMK sama SMA?"
"ya beda dong bu. kalau anak SMA pelajarannya lebih diperdalam, lebih kompleks. sementara aku anak SMK hanya tau dasarnya saja."
"oh begitu. yasudah kamu les tapi janji bakal rajin belajar dan gak pernah bolos les"

begitulah fatimah dulu.

memaksa orangtua nya agar ia bisa ikut les. agar ia bisa masuk universitas yang semua orang idam idamkan. kampus perjuangan.

sebulan, dua bulan, tiga bulan dan bulan bulan berikutnya fatimah sibuk dengan les. beli buku test seleksi perguruan tinggi negeri. sibuk memahami pelajaran SMA.


sampai pada jalur SNMPTN tiba, fatimah pun memberanikan diri untuk daftar dengan nilai rapot yang sangat lumayan menurutnya dan menaruh harapan agar ada rezeki nya disana.
fatimah memilih PTN di pulau jawa. Fatimah ingin mencoba hal baru, yaitu mandiri disana. sendirian.
awalnya ibu dan ayahknya menolak, tapi ia meyakinkan mereka bahwa ia bisa mandiri dan mereka akhirnya menerima. 
"yang penting kan kuliah di PTN bu, masalah mandiri aku bisa kok. dirumah kan aku juga sering membantu ibu cuci piring, nyapu dan mengepel.". katanya meyakinkan ibunya
(ya walaupun fatimah melakukannya dengan malas dan harus dipaksa dulu hehehe)

"ya sudah, liat nanti kalo emang itu rezeki kamu ya mau gak mau harus mandiri disana dan irit"

selama menanti pengumuman, fatimah terus belajar. berdoa di sepertiga malam sama seperti yang dilakukan ibuku.
ingat, jika kamu menginginkan sesuatu tapi tak pernah terbangun di sepertiga malam itu artinya kamu tidak benar benar menginginkannya.

pengunguman tiba...
fatimah membuka website pengumuman itu dengan penuh harap.

namun apa yang ia dapat?
ya. fatimah tidak lolos.
awalnya fatimah biasa aja, tapi begitu melihat teman teman lolos, ia iri. akhirnya menangis sejadi jadinya.

ibu dan ayahnya jelas menguatkan fatimah. dengan alasan bukan rezeki.
fatimah pun mereda. Ia menyadari bahwa ini memang bukan rezeki, dan masih ada jalur test.
dan dari sini fatimah mendapat pelajaran... benar adanya ridho orangtua itu ridho Allah juga.
"ibuku gak rela jika aku menjadi anak rantau. beliau mengkhawatirkan ku. sangat.
dan sebenarnya dalam hati aku lega, karena gak jadi ngekos di jawa dan masih dekat dengan keluarga." kata fatimah dalam hati
SNMPTN belalu, tibalah SBMPTN.
fatimah daftar dan meminta saran di univ apa yang akan ia pilih. yang tidak terlalu jauh dan orangtua merestui.

singkat cerita fatimah test SBMPTN bersama teman les nya yang kebetulan satu tempat test.
ya, nasib teman-teman les nya fatimah semuanya sama sepertinya. tidak lolos di SNMPTN.


Berminggu minggu fatimah menunggu hasilnya. Ibunya yakin fatimah akan lolos di universitas yang dipilihkan oleh ibunya itu.

Namun ternyata tuhan berkata lain. Fatimah masih gagal dan Allah belum mengizinkan ia duduk di bangku PTN. Namun kali ini ia tidak menangis. mungkin karena ia sekarang sudah jauh lebih ikhlas dengan hasilnya dan ia memang merasa kurang maksimal dengan yang ia kerjakan pada saat test.

Usai pengumuman, Fatimah bingung harus bagaimana lagi. Ia merasa buntu dan jadi takut mencoba PTN lagi akhirnya ia memutuskan untuk kuliah di PTS saja. Toh fikirannya terbuka sekarang, bahwa kuliah di PTS itu bukanlah sesuatu yang haram yang harus dijauhi. Fatimah merasa ia akan lebih bisa berprestasi di PTS dibanding kalau ia kuliah di PTN nanti mengingat yang masuk PTN adalah orang-orang ambisius dan para genius dan tentunya karna lucky.

Fatimah memang tipe orang yang sering minder, dan jadilah ia sekarang.
Belajar ilmu baru dan mendapat teman baru di PTS yang islami.
Ia mengambil banyak pelajaran dari hal hal yang sebelumnya ia pernah lakukan.
pertama, ia masih di wilayah yang terjangkau oleh orangtua dan tak perlu ngekos.
kedua, ia merasa bahwa kuliah di PTS islami ini akan membuat ia menjadi dekat lagi dengan Allah.
ketiga, karena kampusnya lumayan jauh, jadi dia harus bangun pagi. ini poin penting, bisa bangun pagi. mengingat selama ini Fatimah sering bangun jam set 6 itu pun kalo dibangunkan oleh ibunya, kalau tidak ia bablas tidak shalat subuh. Astagfirullah

dan mungkin masih banyak hikmah yang lain, yang belum Fatimah sadari.
sekarang yang terpenting Fatimah bersyukur masih bisa kuliah. Diluar sana banyak orang ingin kuliah sampai harus cari uang sendiri. Alhamdulillah, lagi-lagi Fatimah mensyukuri nikmat Allah.

keep husnudzon ya teman-teman. Allah itu selalu memberikan apa yang kita butuh, bukan apa yang kita mau^^
 

My Feel. My Word. My World Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos